Sunday 12 October 2014

Setetes Embun Untukmu

"Ketika rasa sayang telah mendarah daging dan ketika semua itu harus diakhiri, maka rasa kehilangan yang akan hadir menyelimuti rasa."


Inilah penggalan kalimat yang berhasil menghipnotisku ketika melihat cover depan dari novel berjudul "Setetes Embun Untukmu" karya Riri Ansar feat Adi Rustandi. Sebuah kalimat yang singkat namun penuh arti. Aku lebih sering menyebut kalimat berkesan seperti ini dengan sebutan "Kalimat yang memiliki Ruhnya". Dan ketika aku berhasil menuntaskan membaca semua isi novel ini, aku mendapati pipiku akhirnya berhiaskan tetesan dari bulir-bulir airmataku sendiri. Ya, aku akhirnya menitikkan airmata.

--------------------------------------------------------------------


Penulis : Riri Ansar & Adi Rustandi
Cover Designer : Osmanovski
Layout : Rio Maykha
Editor : Abdul Latif
Penerbit : Zettu
Halaman : 296 halaman
ISBN : 978-602-7999-77-0

Novel "Setetes Embun Untukmu" adalah novel inspiratif. Sebuah novel yang mengisahkan tentang perjuangan seorang anak perempuan bernama Sayitri yang mengidap kanker darah atau Leukimia. Sayitri adalah anak yang cerdas juga ceria. Dia adalah anak perempuan yang memiliki impian besar, suka menulis terutama puisi. Puisi atau cerpennya seringkali dimuat di Majalah Dinding sekolah juga di surat kabar lokal. Pokoknya Sayitri adalah anak yang luar biasa.

Dalam novel "Setetes Embun Untukmu" ini, banyak tokoh lain yang ada dalam cerita selain Sayitri diantaranya:

a. Enin: Seorang nenek yang baik hati dan sangat menyayangi Sayitri. Enin adalah nenek sekaligus merangkap sebagai ibu sejak ibu kandung Sayitri bekerja diluar negeri.

b. Mang Udin: Paman yang juga tak kalah sangat menyayangi Sayitri. Seorang pekerja keras yang bersama-sama dengan Enin menjaga serta sesekali mengantar Sayitri ke sekolah.

c. Ibu Sayitri: Ibu yang sangat menyayangi Sayitri. Bahkan hingga detik-detik terakhir hidupnya ia tetap menyayangi Sayitri. Ia terus mengajarkan tentang kebaikan pada Sayitri.

d. Ayah Sayitri: Seorang suami yang sangat mencintai istri dan anaknya (kepada Ibu Sayitri dan Sayitri). Ayah Sayitri adalah seorang pekerja keras. Meski dia bekerja di kota besar, namun tiap kali mendapat kabar istri atau anaknya sakit maka dengan segera ia akan pulang. Demikian juga ketika ibu Sayitri sakit parah, Ayah Sayitri dengan penuh kasih sayang mengurusinya.

e. Pak Iskandar: Guru Bahasa indonesia di sekolah Sayitri. Dia guru yang mengajarkan banyak hal pada Sayitri. Ia juga guru yang diam-diam mengirimkan puisi karya Sayitri ke korang lokal yang akhirnya dimuat. Pak Iskandar memang guru yang sangat mendukung prestasi Sayitri dalam dunia tulis-menulis.

f. Kak Arini: Seorang perempuan yang menjadi relawan di Rumah Sakit tempat Sayitri dirawat. Kak Arini adalah seorang relawan untuk anak-anak penderita kanker. Seorang kakak yang sering dipanggil dengan sebutan kakak Peri karena dia sangat baik, penyayang juga sering mendongeng.

g. Kak Andhika: Seorang calon dokter yang juga sedang magang di Rumah sakit tempat Sayitri dirawat. Kak Andhika orangnya baik dan sering membawakan oleh-oleh untuk Sayitri, yakni kue Cakwe. Dan masih ada lagi tokoh lainnya.

Setetes Embun Untukmu memang merupakan novel yang diangkat dari kisah nyata. Kolaborasi dari kedua penulis akhirnya menjadikan novel ini sebagai salah satu novel yang wajib untuk dibaca. Setidaknya wajib dibaca bagi siapa saja yang juga sedang berjuang dalam hidupnya. Karena novel ini sangat jelas mengajarkan tentang apa itu kata "Tidak menyerah begitu saja pada kondisi". Lewat sosok Sayitri saya lebih belajar untuk bersyukur karena ternyata saya diberi kesempatan lebih oleh Tuhan untuk bisa menikmati hidup. Dan saya pernah melewati masa-masa itu.

Jujur, ketika awal membaca novel ini saya biasa saja. Apalagi ketika melihat covernya yang seolah membuat kerongkongan saya kering karena kesan tandus dan keringnya. Namun ketika semakin ke-akhir hati saya mulai tersentuh dan akhirnya saya menitikkan airmata. Bukan karena kepergian seorang Sayitri? melainkan perjalanan kisahnya dan puisi-puisinyalah yang berhasil menghembuskan rasa haru itu. Inilah yang saya sebut sebagai sesuatu yang memiliki ruh. Ruh dari puisi-puisi seorang Sayitri.

Sebagai contoh, inilah petikan puisi karya Sayitri yang ia tulis ketika kondisinya semakin terpuruk:

Ketika aku menangis... senyumku mati
Seperti ada angin besar yang merubuhkan tenagaku
Seketika aku terbaring tanpa peduli langit sedang mencariku
Biasanya aku bermain dengannya, bercerita tentang aku yang selalu rindu wajah ayahku

Langit berjanji akan membawaku berpijak ditempat ayah tidur
Ketika aku menangis, langit pun hujan menyaingi laraku
Aku tak peduli, aku benar-benar ingin menangis sendiri bersama bantal-bantalku
Sampai pagi datang membawa segala segala kerinduan ini pada ayahku....

Membaca puisi ini membuat dadaku sesak. Terasa penuh dengan sesuatu yang aku tak tahu apa namanya. Membacanya sama dengan seolah-olah aku merasakan apa yang Sayitri rasakan. Mungkin karena aku pernah melewati masa yang hampir mirip dengannya. Masa ketika aku sangat merindukan seseorang, disaat aku terpuruk. Dan kurasa semua orang pernah melewati masa terpuruk ataupun merindu seperti Sayitri.

Demikian juga dengan tulisan yang berikut ini:

Kunang-kunang
Sampaikan salamku pada ibu kalau aku selalu menyayanginya
Kenangan itu tak akan pernah hilang dari ingatanku walau wajahku tak lagi sempurna
Tak ada yang inginkan sakit ini

Tuhan, aku terima akan semua ini
Tapi tolong jangan berikan sakitku ini kepada orang-orang yang aku sayangi
Tak ada yang ingin setiap malam hanya ditemani sunyi
Sampai suara angin pun tak terdengar geraknya
Aku benci keadaan seperti ini
Terkurung diruang sunyi

Membaca tulisan yang satu ini kembali membuat dadaku sesak. Sesak karena aku juga sangat benci dengan yang namanya sunyi. Sunyi menurutku mematikan hati dan jiwa. Kecuali sunyi disaat kita berserah diri pada Tuhan, dimalam-malam penuh keindahan berkah. Di sepertiga malam yang mensucikan hati dan jiwa. Hem, ketimbang sunyi seperti apa yang dirasakan seorang Sayitri, aku lebih memilih mendengar suara rintik hujan ketimbang suara angin yang hampir tak terdengar geraknya.

Dalam novel "Setetes Embun Untukmu" tak banyak saya temui typo. Diantaranya hal.25 uap (seharusnya ucap), hal.160 tanpa-tanda (seharusnya tanda-tanda), hal.161 dan hal.206 Sayiri (seharusnya Sayitri), hal.210 sa ngat (ter-spasi jadi seharusnya sangat), hal.248 sekaan (seharusnya seakan), hal.266 pasit (pasti), dan terakhir hal.276 menjali (seharusnya menjalani). Selebihnya, tiap kata yang tertulis dalam novel ini seolah bercerita padaku. Bercerita tentang seorang Sayitri. Tentang perjuangannya, impiannnya, harapan juga berbicara tentang cinta. Seolah aku ingin memeluknya seketika.

Percayalah, ketika kalian membaca novel Setetes Embun Untukmu kalian akan menemukan banyak hal. Karena novel ini memang syarat akan banyak hal. Selain nilai-nilai Agama (suasana keislaman yang sangat terasa). Novel ini juga syarat akan hal lain seperti nilai budaya (dimana ada gambaran tentang kebiasaan warga apabila panen raya tiba). Nilai moral (gambaran tentang saling mengingatkan antara satu dengan yang lainnya). Dan nilai sosial (semangat gotong royong dan saling tolong menolong).

Inilah kelebihan lain dari novel ini. Dan ending dari ceritanya akan membuat kalian mengerti tentang arti "Perjuangan dan keikhlasan". Ingin merasakan apa yang aku rasakan ketika membacanya? Maka beli saja novelnya di toko buku terdekat. Kalau tidak bisa pesan ke fanspage Kinomedia atau ke facebook penulisnya langsung yakni kak Riri Ansar. Novel ini aku rekomendasikan untuk kalian baca. Wassalam.


 

Catatanku:

Setetes embun amat berarti untuk sebuah kehidupan. Demikian juga kesejukan. Embun dan kesejukan akan lebih indah bila berjalan beriringan.  Dan "Ketika rasa sayang telah mendarah daging dan ketika semua itu harus diakhiri, maka rasa kehilangan yang akan hadir menyelimuti rasa."

Di tulis 12 Oktober 2014 Pukul 18:25 wib



No comments:

Cara Cek Menu Catatan di Facebook Versi Terbaru 2020

Halo semuanya apakabar? Lama ya tak jumpa. Oh ya, kali ini Rey akan berbagi pengalaman dengan kalian mengenai kejadian yang baru saja Rey al...